Malam itu rumah sakit tempatku
magang terasa begitu legang, semilir angin malam yang dingin semakin membuat
rasa lelah dan letih menjelma menjadi satu menjadi kantuk yang memberatkan
mataku. Sebagai calon bidan yang merupakan cita-citaku sejak SMA aku berusaha
mengalihkan rasa kantukku dengan mempelajari satu data pasien, walau sudah
beberapa kali aku membantu persalinan namun aku ingin lebih menambah pengalaman
dan pengetahuanku. Hari ini aku dinas malam sendiri, teman-temanku sudah
pulang, hanya aku dan teman cowok dari jurusan keperawatan diruang perawat,
karena sudah selesai menangani satu data pasien akupun pergi keruang perawat.
“Hai,
kamu piket hari ini yaa,” sapa pria itu membuka percakapan begitu aku duduk dan
kami terdiam walau tak cukup lama.
“Iyaa
mas, mas dari jurusan keperawatan?” tanyaku melihat dari seragamnya
“Iyaa,
Oh yaa kenalin namaku hergy, kamu sendiri anak kebidanan?” Tanya hergy
“Iyaa,
aku Rifka, mas dari mana?” kucoba membuka pembicaraan
“Aku
asli Kediri, kamu? “jawabnya
“Aku
asli sini mas, Malang . . ., mas lagi baca apa?” tanyaku
“Nie
tentang partus, besok ada ujian. . .” jawabnya, tiba-tiba aku melihat sosok
yang kukenal diluar jendela, sosok lelaki yang menyukaiku yang bernama lucky,
pria yang sangat overpossesif padaku namun kami tidak memiliki hubungan apapun
karena memang prinsipku untuk tidak pacaran terlebih dahulu. Dia mengikutiku
hingga dinas semalem ini. . . OMG
“Mas
jendelanya tutupin donk, ada setan gundul tuuu” Kumanja-manjakan suaraku kemas
hergy, kebetulan lucky kepalanya lagi dia botakin, Kujuga sebel dengan
kelakuannya yang mengikutiku hingga tengah malam begini, jadi sekalian
kupanas-panasin aja dia.
Malam
itu aku dan mas hergy mengobrol hingga pagi membicarakan tentang pelajaran
kami, dia orang yang seru, pintar, cerdas dan enak diajak ngobrol. Lumayan
manis dan pendiam. Setelah malam itu kami jarang bertemu lagi… sedangkan lucky
keesokan harinya mengirim surat padaku yang isinya mengatakan tentang sakit
hatinya dan tidak akan mendekatiku lagi, aku cuek saja, seminggu kemudian dia
sms aku dan minta maaf.
------#*#------
Dua bulan
kemudian aku bertemu lagi dengan mas hergy, kali ini kami saling bertukar nomor
telephone, hubunganku dengan lucky pun biasa-biasa saja. Dia masih
mengejar-ngejarku dan aku hanya bisa bilang, jika kita memang jodoh aku tak
akan pergi kemana, tapi kalau tidak, aku g mau ada yang tersakiti, kita
berteman ajah.
Aku tak
menyangka kalau hubunganku dan mas hergy berlanjut hingga tahap saling
mengagumi, dia sangat mengerti diriku yang sangat keras kepala, mengerti
bagaimana membuatku tenang, dan membantuku memecahkan masalah-masalah yang
kuhadapi, bagaimana meredam amarahku, mengajari aku berbagai hal dengan sangat
sabar dan bijaksana, sosok yang sopan, hafal semua kesukaanku dan apa yang
kubenci, juga membuatku tersenyum dalam berbagai hal, kami saling telfon
sepanjang waktu dari pagi hingga pagi hingga dia bilang teman-temannya selalu
menggodanya dengan mengatai dia wartel hergy jaya, hihihi
Sebulan setelah
kedekatan kami aku dan mas hergy sudah saling mengerti apa yang kami rasakan
masing-masing dan mengerti tentang aku yang membatasi hubungan kami karena
ketidak inginanku akan pacaran dan sebangsanya sebelum menikah, namun kata
sayang terkadang terselip diantara obrolan kami, dan kami membiarkan semua ini
berjalan seperti angin. . . tenang dan
menyejukkan hingga 2 bulan kemudian angin itu berubah menjadi badai saat aku
menyadari ada yang berbeda darinya, saat dia selalu mengelak saat kumengajak
sholat, menyuruhku duluan atau dia ada keperluan mendadak… Siang itu aku
mengetahui dari sahabatku jianka yang merupakan pacar dari rian sahabatnya mas
hergy, kalau mas hergy ternyata beragama hindu, begitu sampai rumah aku pingsan
ditangga menuju kamarku, mama panic dan mencoba membangunkanku kemudian
memapahku hingga kekamar, saat mama menanyakan ada apa, kuhanya bilang
kelelahan, kemudian mama menyuruhku untuk istirahat, entah apa yang kurasakan,
perasaan ini mulai mendalam, bagaimanapun hatiku mencoba menghindar namun aku
mencintainya. . . sangat menyukainya. Dia berbeda dengan semua laki-laki yang
menyukaiku. Hari itu aku tidak menerima semua telephone dan sms darinya, hp
kumatikan, kuhanya ingin sendiri menenangkan hatiku dan mencoba menghentikan
air mataku yang tak berhenti mengalir.
Malam itu
aku mengadukan semuanya pada Allah SWT, tentang kebimbanganku, kebingunganku,
perasaanku dalam sujudku yang panjang. Hingga pagi mulai menjelang perlahan
tahajud itu menenangkan hatiku dan kepasrahan akan takdirNya membuatku yakin
aku mampu melaluinya.
------#*#------
To Be Continued