Monday, December 31, 2012

DESTINY



Malam itu rumah sakit tempatku magang terasa begitu legang, semilir angin malam yang dingin semakin membuat rasa lelah dan letih menjelma menjadi satu menjadi kantuk yang memberatkan mataku. Sebagai calon bidan yang merupakan cita-citaku sejak SMA aku berusaha mengalihkan rasa kantukku dengan mempelajari satu data pasien, walau sudah beberapa kali aku membantu persalinan namun aku ingin lebih menambah pengalaman dan pengetahuanku. Hari ini aku dinas malam sendiri, teman-temanku sudah pulang, hanya aku dan teman cowok dari jurusan keperawatan diruang perawat, karena sudah selesai menangani satu data pasien akupun pergi keruang perawat.
          “Hai, kamu piket hari ini yaa,” sapa pria itu membuka percakapan begitu aku duduk dan kami terdiam walau tak cukup lama.
          “Iyaa mas, mas dari jurusan keperawatan?” tanyaku melihat dari seragamnya
          “Iyaa, Oh yaa kenalin namaku hergy, kamu sendiri anak kebidanan?” Tanya hergy
          “Iyaa, aku Rifka, mas dari mana?” kucoba membuka pembicaraan
          “Aku asli Kediri, kamu? “jawabnya
          “Aku asli sini mas, Malang . . ., mas lagi baca apa?” tanyaku
          “Nie tentang partus, besok ada ujian. . .” jawabnya, tiba-tiba aku melihat sosok yang kukenal diluar jendela, sosok lelaki yang menyukaiku yang bernama lucky, pria yang sangat overpossesif padaku namun kami tidak memiliki hubungan apapun karena memang prinsipku untuk tidak pacaran terlebih dahulu. Dia mengikutiku hingga dinas semalem ini. . . OMG
          “Mas jendelanya tutupin donk, ada setan gundul tuuu” Kumanja-manjakan suaraku kemas hergy, kebetulan lucky kepalanya lagi dia botakin, Kujuga sebel dengan kelakuannya yang mengikutiku hingga tengah malam begini, jadi sekalian kupanas-panasin aja dia.
          Malam itu aku dan mas hergy mengobrol hingga pagi membicarakan tentang pelajaran kami, dia orang yang seru, pintar, cerdas dan enak diajak ngobrol. Lumayan manis dan pendiam. Setelah malam itu kami jarang bertemu lagi… sedangkan lucky keesokan harinya mengirim surat padaku yang isinya mengatakan tentang sakit hatinya dan tidak akan mendekatiku lagi, aku cuek saja, seminggu kemudian dia sms aku dan minta maaf.   
------#*#------
Dua bulan kemudian aku bertemu lagi dengan mas hergy, kali ini kami saling bertukar nomor telephone, hubunganku dengan lucky pun biasa-biasa saja. Dia masih mengejar-ngejarku dan aku hanya bisa bilang, jika kita memang jodoh aku tak akan pergi kemana, tapi kalau tidak, aku g mau ada yang tersakiti, kita berteman ajah.
Aku tak menyangka kalau hubunganku dan mas hergy berlanjut hingga tahap saling mengagumi, dia sangat mengerti diriku yang sangat keras kepala, mengerti bagaimana membuatku tenang, dan membantuku memecahkan masalah-masalah yang kuhadapi, bagaimana meredam amarahku, mengajari aku berbagai hal dengan sangat sabar dan bijaksana, sosok yang sopan, hafal semua kesukaanku dan apa yang kubenci, juga membuatku tersenyum dalam berbagai hal, kami saling telfon sepanjang waktu dari pagi hingga pagi hingga dia bilang teman-temannya selalu menggodanya dengan mengatai dia wartel hergy jaya, hihihi
Sebulan setelah kedekatan kami aku dan mas hergy sudah saling mengerti apa yang kami rasakan masing-masing dan mengerti tentang aku yang membatasi hubungan kami karena ketidak inginanku akan pacaran dan sebangsanya sebelum menikah, namun kata sayang terkadang terselip diantara obrolan kami, dan kami membiarkan semua ini berjalan seperti angin. . .  tenang dan menyejukkan hingga 2 bulan kemudian angin itu berubah menjadi badai saat aku menyadari ada yang berbeda darinya, saat dia selalu mengelak saat kumengajak sholat, menyuruhku duluan atau dia ada keperluan mendadak… Siang itu aku mengetahui dari sahabatku jianka yang merupakan pacar dari rian sahabatnya mas hergy, kalau mas hergy ternyata beragama hindu, begitu sampai rumah aku pingsan ditangga menuju kamarku, mama panic dan mencoba membangunkanku kemudian memapahku hingga kekamar, saat mama menanyakan ada apa, kuhanya bilang kelelahan, kemudian mama menyuruhku untuk istirahat, entah apa yang kurasakan, perasaan ini mulai mendalam, bagaimanapun hatiku mencoba menghindar namun aku mencintainya. . . sangat menyukainya. Dia berbeda dengan semua laki-laki yang menyukaiku. Hari itu aku tidak menerima semua telephone dan sms darinya, hp kumatikan, kuhanya ingin sendiri menenangkan hatiku dan mencoba menghentikan air mataku yang tak berhenti mengalir.
Malam itu aku mengadukan semuanya pada Allah SWT, tentang kebimbanganku, kebingunganku, perasaanku dalam sujudku yang panjang. Hingga pagi mulai menjelang perlahan tahajud itu menenangkan hatiku dan kepasrahan akan takdirNya membuatku yakin aku mampu melaluinya.
------#*#------
To Be Continued