Waktu
aku masih sd, aku sama dengan anak-anak seusiaku, sepulang sekolah, makan lalu
bermain seharian dari pagi hingga malam, bisa dikatakan masa kecilku
sangat-sangat bahagia, kebetulan rumah dinas ayahku ditengah sekolah, yaa ayahku
adalah seorang guru sd, dimana ada sekolah disitu ada lapangan, dan dilapangan
itu, aku adalah bos gengnyaa, penguasa lapangan hahahahaha, dikarenakan aku
anak pertama dan diantara teman-teman bermain aku yang paling tua, sekaligus
area sd itu merupakan wilayah kekuasaanku karena aku tauuu dimana ayahku
menyembunyikan kunci gerbangnya, kadang aku juga yang ngunciin gerbangnya kalau
da sore hihihi. Yaa terlepas aku anak seorang guru dan seorang pria hebat yang
disegani dikampungku. Faktor paling crusial kalau diingat-ingat hehehe, jadi
intinya bukan dari aku yang bossy tapi ayahku yang hebat yang ngebuat aku
menjadi bos diwilayah sekolahnya ayahku. Bukan sekolahku, karena aku sekolah di
MI bukan SD.
Right,
kembali lagi, saat teman-temanku disuruh belajar dengan tekun, aku menyiapkan
cemilan dan minuman dimeja belajarku, membuka buku dibawa lampu belajar sambil
menghabiskan cemilan dan minuman namun mataku tertuju pada televisi yang ada
dilemari samping meja belajarku, hehehehe. Oh God aku sangat tidak menyukai
menghitung dan menghafal. Sering aku dulu pura-pura sakit saat nanti disekolah
ada pelajaran menghafal, apalagi guruku lumayan killer, kalau g hafal bakal
dipukul pake alas kertas yang dari papan ituu lhoo, sakittt. Yaaa walau berita
terakhir yang kutau doi yang tampan itu cerai ma istrinya, kuakui keras banget,
meski ganteng, putih, tapi kuakui aku benci dengan kelakuannya, tapi g semua
guru gituu, ada yang baik banget n nilaiku bagus dipelajaran guru yang baik.
Hehehe. Aku lebih suka memahami sesuatu daripada menghafalnya, karena saat aku
memahami sesuatu, sesuatu itu tidak akan hilang dari otakku dalam waktu yang
lama.
Sebagaimana
sekolah lainnya, disd tempat ayahku mengajar juga ada perpustakaan, cerita ini
dimulai saat ayahku pulang mengajar dan membawa buku dari perpustakaan, aku
mengambilnya lalu membacanya, sebuah buku cerita pendek. Tapi aku benar-benar
suka. Beberapa hari kemudian ayahku kembali lagi membawa buku, dan hari-hari
kemudian. Saat semua buku sudah kulalap habis, termasuk majalah cerita yang
judul majalahnya aku lupa, yang ada setumpuk dikamar ayahku habis dalam 2 hari,
santai, g kumakan, nie bener-bener dibaca. Akhirnya aku mengikuti ayahku
keperpustakaan diSD, ada satu lemari penuh buku sekitar 6 rak dari yang kecil
sampai yang buku besar n tebal, aku memilih beberapa buku sekitar 15-20 buku,
tapi dimarahi oleh ayahku, jangan bawa banyak-banyak, satu ajah, akhirnya
dengan terpaksa aku hanya mengambil satu, agak tebal, lalu kubawa pulang, tapi
mataku tak lepas kegerak-gerik ayahku dan kutahu dimana ayahku menyembunyikan
kunci kantor sekaligus kunci lemari perpustakaan, hahahaha, sekitar 3 jam
kemudian aku sudah tamat membaca buku yang kubawa, aku mengambil sapu dan saat
suasana sedang sepi aku menggambil kunci didinding atas dengan sapu, setelah
beberapa kali mencoba, kunci jatuh dan aku mengendap-endap keluar rumah.
Dengan
hati berdebar-debar aku akhirnya sampai ditempat tujuan, aku tahu ini salah,
masuk tanpa izin, meminjam tanpa izin, tapi keinginanku sangatlah besar untuk
ditahan, entah mengapa aku sangattttt sukkaaaa membaca, hah, aku bersyukur
karena saat itu aku masih kecil dan dosaku belum dicatat, hehehehe. Sekitar 25
buku aku ambil, terutama yang sudah kupilih dengan susah payah tadi, aku merasa
menang, hatiku bersorak, begitu sampai rumah kusimpan lagi kuncinya saat rumah
masih sepi dan kutaruh bukunya dirak ranjangku, kututup dengan bantal.
Malam
itu, hingga 2 hari kedepan aku membaca buku yang setumpuk itu dengan tekun, aku
membaca dengan tiduran, dan thanks GOD mataku sehat sampai sekarang, g ada
minus ataupun plus, kadang aku berfikir apa itu karena dirumahku banyak tanaman
dan setiap siang aku maen panas-panasan sehingga secara tidak langsung pantulan
sinar matahari ketanaman menuju mataku menyehatkan mataku, entahlah, waAllahu
a’lam bissyowab. 3 hari selesai membaca dan aku menambah kuota buku yang agak
tebal agar bisa habis dalam waktu seminggu, jadi aku g perlu lagi
sembunyi-sembunyi keperpustakaan dalam waktu yang lama, tangan kecilku membawa
buku yang sanggup kusanggah dengan daguku, namun beberapa minggu kemudian aku
ketahuan ma ibuku, aku telat berangkat sekolah dan yang ngerapiin kasurku
ibuku, terus ketahuan deh bukunya, ayahku ternyata tidak marah, tapi ibuku
tidak setuju aku membaca buku cerita, trus aku berdalih menunjukkan buku yang
bukan buku cerita seperti ensiklopedia mini dan buku tentang ular, dan aku
menjelaskan tentang ular-ular yang termasuk nockturnal dan ular-ular yang
bisanya menyerang syaraf dan mematikan atau hanya melumpuhkan, atau berapa jam
setelah digigit akan mati, dan ibuku menyerah tentang buku cerita. Tapi yang
susah adalah tiap malam aku dimonitor untuk tidak membaca sembari tiduran,
harus duduk, harus 15 cm dari mata, aaaaaa mammy akuu sukaaa baca sambil tiduran
walaupun itu membuatku tidur pukul 2 malam. Yang kadang-kadang aku pura-pura
tidur saat kedengaran ibuku keluar dari kamarnya, biar g ketahuan baca sampai
malam.
Waktu
smp pun aku seperti itu, perpustakaan adalah tempat yang lumayan sering aku
satroni, tapi aku harus memilih buku-buku tertentu yang bisa dipinjem atau
hanya dibaca diperpustakaan, secara dipesantren dilarang bawa novel yang g
“Islami”, kadang kalau bukunya seru kusimpan diarea tersembunyi biar g dipinjem
ma orang, terus besoknya datang deh, tapi ini g lama, karena aku masuk siang
dan jam istirahatnya abis buat sholat ashar dan makan atau ngerjain tugas,
begitupun kalau aku berangkat agak pagian, biasanya habis buat ngerjain tugas,
apalagi kegiatan dipesantren padet banget, dan aku cukup lelah untuk meneruskan
hobbyku membaca.
Tahun
demi tahun berlalu sampai aku bisa menyesuaikan kondisiku dengan kegiatan
dipesantren, saat aliyah, aku mulai lagi hobbyku membaca, mulai dari novel,
puisi, kisah, ensiklopedi, mulai aku rajai satu persatu, prestasiku atas hobby
membacaku tidak banyak, aku bukan orang yang suka menampakkan diri, hanya
pernah salah seorang adek kelasku anak smpi mohon-mohon dibuatkan puisi untuk
lomba disekolahnya, yang ngadain anak PKL gituu, dan Alhamdulillah menang juara
1, pernah ikutan mading yang ngisi akuu semua, mulai dari salam redaksi, puisi,
cerpen, artikel, humor, profil, berita, iptek, dll, oh yaa kecuali karikatur,
aku menyerah kalau soal itu, hanyaa karena yang dinilai esensi desain mading,
akhirnya juara utama g bisa didapat, tapi aku senang sekali bisa ngehandle
semuanya dan dipercaya oleh anak-anak kamarku. Aku juga sering buat cerpen atau
novel dibuku, pembacanya yaa temen-temenku dipesantren, sampai hilang sangking
muter-muter kemana-mana. Aku juga pernah didaulat untuk membuat skript drama
bahasa jepang dan bahasa inggris dikampusku, yang asyik sesungguhnya dalam
drama dikampusku dilarang menampilkan tema setan-setanan, karena dari kejadian
yang dahulu-dahulu banyak yang kesurupan, tapi naskah dramaku diterima oleh
dosenku tanpa penolakan, Tapi seiring waktu, sekarang cara menulisku kacau
balau, terkadang aku merindukan aku yang dulu. Aku dan buku-bukuku.
Aku
memiliki kakak sepupu dengan kecenderungan sama denganku, namanya rekna, bahkan
kakakku ini memiliki perpustakaan pribadi, saat cewek yang lainnya “seperti
aku” lemarinya berisi baju, kakakku yang satu ini lemarinya penuh dengan buku.
Doi paling sebel kalau bukunya hilang, dan ajaibnya doi hafal semua buku yang
dia punya. Waktu kecil aku dan kakakku ini sering menghabiskan waktu membaca
buku cerita, seperti Penyihir OZ, Putri duyung Ariel, donald dan paman gober,
hehehehe. Kalau kakakku ini bukuers sejati, beda ma aku. Hehehehe.
Obsesiku
saat ini, pengen banget punya hardisk eksternal 2 tera, buat nyimpen ebook ma
film, ma lagu. Buat aku film dan lagu memiliki esensi tertentu dalam
pengetahuan, indah sekaligus penuh hal-hal baru. Seperti membaca fikiran banyak
orang dalam satu film. Seperti bagaimana sutradara mengerahkan otaknya, cara
berfikirnya dalam film itu, atau bagaimana cara siaktor atau aktris memasukkan
figure dalam dirinya hingga dirasa pas dalam memerankan suatu peran, karena
satu orang dan yang lainnya memiliki perbedaan dan batasan dalam memainkan
peran. Atau bagaimana sang animator berfikir untuk membuat film itu begitu
dramatis, atau sang scripter yang mengisahkan cerita yang begitu mengoyak
perasaan atau membiarkan film menjadi flat tanpa jiwa. Dan atau-atau yang
lainnya. Itu begitu indah. Seperti membaca sebuah film. Hal ini berlaku sama
pada musik.