Friday, November 22, 2013

Antara Buku dan Diriku


                Waktu aku masih sd, aku sama dengan anak-anak seusiaku, sepulang sekolah, makan lalu bermain seharian dari pagi hingga malam, bisa dikatakan masa kecilku sangat-sangat bahagia, kebetulan rumah dinas ayahku ditengah sekolah, yaa ayahku adalah seorang guru sd, dimana ada sekolah disitu ada lapangan, dan dilapangan itu, aku adalah bos gengnyaa, penguasa lapangan hahahahaha, dikarenakan aku anak pertama dan diantara teman-teman bermain aku yang paling tua, sekaligus area sd itu merupakan wilayah kekuasaanku karena aku tauuu dimana ayahku menyembunyikan kunci gerbangnya, kadang aku juga yang ngunciin gerbangnya kalau da sore hihihi. Yaa terlepas aku anak seorang guru dan seorang pria hebat yang disegani dikampungku. Faktor paling crusial kalau diingat-ingat hehehe, jadi intinya bukan dari aku yang bossy tapi ayahku yang hebat yang ngebuat aku menjadi bos diwilayah sekolahnya ayahku. Bukan sekolahku, karena aku sekolah di MI bukan SD.
                Right, kembali lagi, saat teman-temanku disuruh belajar dengan tekun, aku menyiapkan cemilan dan minuman dimeja belajarku, membuka buku dibawa lampu belajar sambil menghabiskan cemilan dan minuman namun mataku tertuju pada televisi yang ada dilemari samping meja belajarku, hehehehe. Oh God aku sangat tidak menyukai menghitung dan menghafal. Sering aku dulu pura-pura sakit saat nanti disekolah ada pelajaran menghafal, apalagi guruku lumayan killer, kalau g hafal bakal dipukul pake alas kertas yang dari papan ituu lhoo, sakittt. Yaaa walau berita terakhir yang kutau doi yang tampan itu cerai ma istrinya, kuakui keras banget, meski ganteng, putih, tapi kuakui aku benci dengan kelakuannya, tapi g semua guru gituu, ada yang baik banget n nilaiku bagus dipelajaran guru yang baik. Hehehe. Aku lebih suka memahami sesuatu daripada menghafalnya, karena saat aku memahami sesuatu, sesuatu itu tidak akan hilang dari otakku dalam waktu yang lama.
                Sebagaimana sekolah lainnya, disd tempat ayahku mengajar juga ada perpustakaan, cerita ini dimulai saat ayahku pulang mengajar dan membawa buku dari perpustakaan, aku mengambilnya lalu membacanya, sebuah buku cerita pendek. Tapi aku benar-benar suka. Beberapa hari kemudian ayahku kembali lagi membawa buku, dan hari-hari kemudian. Saat semua buku sudah kulalap habis, termasuk majalah cerita yang judul majalahnya aku lupa, yang ada setumpuk dikamar ayahku habis dalam 2 hari, santai, g kumakan, nie bener-bener dibaca. Akhirnya aku mengikuti ayahku keperpustakaan diSD, ada satu lemari penuh buku sekitar 6 rak dari yang kecil sampai yang buku besar n tebal, aku memilih beberapa buku sekitar 15-20 buku, tapi dimarahi oleh ayahku, jangan bawa banyak-banyak, satu ajah, akhirnya dengan terpaksa aku hanya mengambil satu, agak tebal, lalu kubawa pulang, tapi mataku tak lepas kegerak-gerik ayahku dan kutahu dimana ayahku menyembunyikan kunci kantor sekaligus kunci lemari perpustakaan, hahahaha, sekitar 3 jam kemudian aku sudah tamat membaca buku yang kubawa, aku mengambil sapu dan saat suasana sedang sepi aku menggambil kunci didinding atas dengan sapu, setelah beberapa kali mencoba, kunci jatuh dan aku mengendap-endap keluar rumah.
                Dengan hati berdebar-debar aku akhirnya sampai ditempat tujuan, aku tahu ini salah, masuk tanpa izin, meminjam tanpa izin, tapi keinginanku sangatlah besar untuk ditahan, entah mengapa aku sangattttt sukkaaaa membaca, hah, aku bersyukur karena saat itu aku masih kecil dan dosaku belum dicatat, hehehehe. Sekitar 25 buku aku ambil, terutama yang sudah kupilih dengan susah payah tadi, aku merasa menang, hatiku bersorak, begitu sampai rumah kusimpan lagi kuncinya saat rumah masih sepi dan kutaruh bukunya dirak ranjangku, kututup dengan bantal.
                Malam itu, hingga 2 hari kedepan aku membaca buku yang setumpuk itu dengan tekun, aku membaca dengan tiduran, dan thanks GOD mataku sehat sampai sekarang, g ada minus ataupun plus, kadang aku berfikir apa itu karena dirumahku banyak tanaman dan setiap siang aku maen panas-panasan sehingga secara tidak langsung pantulan sinar matahari ketanaman menuju mataku menyehatkan mataku, entahlah, waAllahu a’lam bissyowab. 3 hari selesai membaca dan aku menambah kuota buku yang agak tebal agar bisa habis dalam waktu seminggu, jadi aku g perlu lagi sembunyi-sembunyi keperpustakaan dalam waktu yang lama, tangan kecilku membawa buku yang sanggup kusanggah dengan daguku, namun beberapa minggu kemudian aku ketahuan ma ibuku, aku telat berangkat sekolah dan yang ngerapiin kasurku ibuku, terus ketahuan deh bukunya, ayahku ternyata tidak marah, tapi ibuku tidak setuju aku membaca buku cerita, trus aku berdalih menunjukkan buku yang bukan buku cerita seperti ensiklopedia mini dan buku tentang ular, dan aku menjelaskan tentang ular-ular yang termasuk nockturnal dan ular-ular yang bisanya menyerang syaraf dan mematikan atau hanya melumpuhkan, atau berapa jam setelah digigit akan mati, dan ibuku menyerah tentang buku cerita. Tapi yang susah adalah tiap malam aku dimonitor untuk tidak membaca sembari tiduran, harus duduk, harus 15 cm dari mata, aaaaaa mammy akuu sukaaa baca sambil tiduran walaupun itu membuatku tidur pukul 2 malam. Yang kadang-kadang aku pura-pura tidur saat kedengaran ibuku keluar dari kamarnya, biar g ketahuan baca sampai malam.
                Waktu smp pun aku seperti itu, perpustakaan adalah tempat yang lumayan sering aku satroni, tapi aku harus memilih buku-buku tertentu yang bisa dipinjem atau hanya dibaca diperpustakaan, secara dipesantren dilarang bawa novel yang g “Islami”, kadang kalau bukunya seru kusimpan diarea tersembunyi biar g dipinjem ma orang, terus besoknya datang deh, tapi ini g lama, karena aku masuk siang dan jam istirahatnya abis buat sholat ashar dan makan atau ngerjain tugas, begitupun kalau aku berangkat agak pagian, biasanya habis buat ngerjain tugas, apalagi kegiatan dipesantren padet banget, dan aku cukup lelah untuk meneruskan hobbyku membaca.
                Tahun demi tahun berlalu sampai aku bisa menyesuaikan kondisiku dengan kegiatan dipesantren, saat aliyah, aku mulai lagi hobbyku membaca, mulai dari novel, puisi, kisah, ensiklopedi, mulai aku rajai satu persatu, prestasiku atas hobby membacaku tidak banyak, aku bukan orang yang suka menampakkan diri, hanya pernah salah seorang adek kelasku anak smpi mohon-mohon dibuatkan puisi untuk lomba disekolahnya, yang ngadain anak PKL gituu, dan Alhamdulillah menang juara 1, pernah ikutan mading yang ngisi akuu semua, mulai dari salam redaksi, puisi, cerpen, artikel, humor, profil, berita, iptek, dll, oh yaa kecuali karikatur, aku menyerah kalau soal itu, hanyaa karena yang dinilai esensi desain mading, akhirnya juara utama g bisa didapat, tapi aku senang sekali bisa ngehandle semuanya dan dipercaya oleh anak-anak kamarku. Aku juga sering buat cerpen atau novel dibuku, pembacanya yaa temen-temenku dipesantren, sampai hilang sangking muter-muter kemana-mana. Aku juga pernah didaulat untuk membuat skript drama bahasa jepang dan bahasa inggris dikampusku, yang asyik sesungguhnya dalam drama dikampusku dilarang menampilkan tema setan-setanan, karena dari kejadian yang dahulu-dahulu banyak yang kesurupan, tapi naskah dramaku diterima oleh dosenku tanpa penolakan, Tapi seiring waktu, sekarang cara menulisku kacau balau, terkadang aku merindukan aku yang dulu. Aku dan buku-bukuku.
                Aku memiliki kakak sepupu dengan kecenderungan sama denganku, namanya rekna, bahkan kakakku ini memiliki perpustakaan pribadi, saat cewek yang lainnya “seperti aku” lemarinya berisi baju, kakakku yang satu ini lemarinya penuh dengan buku. Doi paling sebel kalau bukunya hilang, dan ajaibnya doi hafal semua buku yang dia punya. Waktu kecil aku dan kakakku ini sering menghabiskan waktu membaca buku cerita, seperti Penyihir OZ, Putri duyung Ariel, donald dan paman gober, hehehehe. Kalau kakakku ini bukuers sejati, beda ma aku. Hehehehe.
                Obsesiku saat ini, pengen banget punya hardisk eksternal 2 tera, buat nyimpen ebook ma film, ma lagu. Buat aku film dan lagu memiliki esensi tertentu dalam pengetahuan, indah sekaligus penuh hal-hal baru. Seperti membaca fikiran banyak orang dalam satu film. Seperti bagaimana sutradara mengerahkan otaknya, cara berfikirnya dalam film itu, atau bagaimana cara siaktor atau aktris memasukkan figure dalam dirinya hingga dirasa pas dalam memerankan suatu peran, karena satu orang dan yang lainnya memiliki perbedaan dan batasan dalam memainkan peran. Atau bagaimana sang animator berfikir untuk membuat film itu begitu dramatis, atau sang scripter yang mengisahkan cerita yang begitu mengoyak perasaan atau membiarkan film menjadi flat tanpa jiwa. Dan atau-atau yang lainnya. Itu begitu indah. Seperti membaca sebuah film. Hal ini berlaku sama pada musik.

About My Daddy



                Apa yang bisa kukatakan tentang ayahku . . . ayahku adalah orang yang sangat-sangat hebat, sabar, pintar, namun telah pergi dalam waktu yang singkat. Ayahku bernama sufathan, lahir dijember disebuah keluarga sederhana. Putra pertama dari 7 bersaudara. Dilahirkan dikeluarga sederhana dan memiliki begitu banyak saudara membuat ayahku tumbuh menjadi seorang pria yang sangat mandiri, hingga kini beliau merupakan satu-satunya putra yang menamatkan kuliah itupun dengan biaya sendiri. Pernah suatu ketika ayahku pulang untuk meminta uang untuk ujian, namun dengan berat hati kakekku tidak memberikan uang tersebut karena memang tidak ada, ada 6 mulut kecil yang harus diberi makan dirumah, ayahku pulang dari rumah keasramanya berkilo-kilo meter sambil menangis, karena jika tidak membayar pasti akan dikeluarkan karena itu hanya sekolah swasta setara SMA. Dan dengan kasih sayang Allah, ditengah jalan ayahku menemukan uang sejumlah yang harus dibayarkan tanpa ada tanda-tanda kepemilikan. Hanya berserakan dijalan.
                Begitu lulus SMA ayahku hijrah kemalang, dimalang ayahku mulai menjadi guru disd kecil dengan bayaran makan, sambil lalu beliau belajar menjahit secara otodidak dan menjahit celana kolor lalu menjualnya, hingga punya anak sampai aku smp beliau sering menjahit sendiri bajuku, baju ibuku, baju adekku, sampai baju seragam, sampai saat beliau terserang stroke, beliau masih menjahit baju seragam mengajarnya sendiri. Beliau juga ikut berbagai organisasi, dan belajar berbagai alat-alat musik. Diantaranya : gitar, piano, orgen, biola, seruling, gendang, alat musik hadrah,drummer dll. Beliau mengajar dibanyak sd dan juga mengajar mengaji diTPQ desa. Untuk membiayai kuliah sarjana muda-nya. Dari hasil mengajar dan lain-lain beliau bisa menyekolahkan 3 adiknya dan memasukkan 2 diantaranya kepesantren. Pada umur 30 tahun beliau dikenalkan dengan ibuku dan 6 bulan kemudian mereka menikah.
                Saat itu beliau telah diangkat menjadi pegawai negeri dengan gaji yang lumayan. Ibuku merupakan putri dari seorang pengusaha sukses dikota. Namun itu tidak menjadikannya seorang wanita yang manja, beliau sangat mandiri berkat didikkan nenekku yang sangat tegas. Ibuku membuka toko kecil-kecilan diSD, yang lumayan untuk tambahan penghasilan, karena ibuku orang yang super hemat, uang gaji ayahku bisa untuk beli emas sebagai investasi dan kebutuhan hidup tercukupi dari toko kecil tsb. Ibu hidup bersama 2 adik ayahku dirumah, paman dan bibiku. Ayahku adalah sosok yang pendiam, ada sebuah kisah lucu yang diceritakan ibuku, setiap pamanku butuh sesuatu untuk sekolahnya, paman akan menulisnya disecarik kertas lalu menempelkannya dipintu kamar ayahku, lalu besoknya ayahku akan memberinya, hehehehe.
                Desaku dahulu merupakan daerah yang terbelakang yang perjudian juga minuman keras adalah barang yang tidak langka, pendidikan juga kurang, rata-rata mereka setelah tamat sd langsung bekerja dipabrik rokok. Pertama kali ayahku datang, beliau mengusulkan membangun mushola kecil didesa tersebut, begitu mushola berdiri yang jadi imam ayahku dan makmumnya pamanku. Hanya berdua, namun perlahan demi perlahan beliau mengajak tetua desa, juga beliau mengadakan acara tahlil yang diadakan bergantian dari rumah kerumah, selain itu beliau juga membuka TPQ dimushola itu dan mengajar disana. Begitu pula saat air sangat sulit ditemukan didesa itu, saat itu tidak ada PDAM didesa itu, mengambilnya harus dari sumber dikaki gunung, akhirnya beliau mengusulkan pembuatan pipa air yang menyalurkan air, beberapa tahun kemudian rencana itu sukses dan ayahku yang membuat rancangan penyalurannya. Begitu pula listrik, ayahku yang mengkoordinir pembayaran listrik didesa dan membayarkannya kekantor pusat. Beliau juga mengadakan acara maulid, muharroman, perayaan tabligh akbar dll. Yang akhirnya diserahkan kepemuda-pemudi desa untuk diatur. Selain itu juga beliau sering menjadi imam baik itu sholat 5 waktu maupun sholat jum’at, memimpin tahlil, pidato maupun khutbah diacara perayaan islami.
                Didepan rumahku ada sebidang kecil lapangan, lapangan ini disemen dan dicat secara gotong royong dan dibuat sebuah lapangan bulu tangkis pertama didesa. Untuk sekolah maupun untuk masyarakat yang biasanya digunakan sabtu malam hingga minggu pagi oleh warga desa. Aku ingat kalau ada lomba sangat rame juga neon-neonnya begitu cerah dimalam yang gulita, dan sekali lagi ayahku yang mengkoordinirnya. Begitu aku besar, aku tahu ayahku sering diminta menjadi penentu arah kiblat saat pembangunan masjid atau mushola. Bahkan terkadang menjadi arsiteknya. Dan hal yang begitu membuatku iri, saat ayahku tiada, menurut cerita dari guru sd disana (karena saat itu udah pindah rumah) mushola dan masjid yang pernah dibangun masyarakat bersama ayahku penuh dengan orang-orang yang sholat ghoib
                Pernah suatu saat didesa diadakan pemilu presiden. Dan ayahku adalah ketua panitianya, satu desa salah semua tata cara memilihnya, dikarenakan pula mereka sangat minim pendidikan, hanya satu pos yang benar, dan kebetulan yang mengkoordinasinya adalah adek iparnya pamanku, yang sekolah sampai sma dan sekarang dia jadi lurah disitu, lurah termuda. Akhirnya 3 hari ayahku tidak pulang membenarkan kesalahan tersebut. Benar-benar pendidikan itu sangat penting.
                Saat kami pindah keperumahan yang dibeli secara kredit tapi sanggat dibanggakan oleh ayahku, ayahku masih dicari-cari oleh orang didesa kami dahulu. Dimintai pendapat untuk berbagai urusan. Bahkan diperumahan yang baru ini ayahku memulai tahlil keliling rumah tiap kamis malam jum’at, bahkan tiap tahun baru seluruh penghuni perumahan baik itu yang berbeda agama keluar rumah untuk makan-makan bersama dan menyulut kembang api, atau bersantai dipaving yang telah dialasi tikar bersama-sama didepan rumah. Dan sekali lagi ayahkulah yang menjadi provokatornya.
                Aku sadar cerita ini sangat terlalu tidak masuk akal, mungkin terasa tidak mungkin pria seperti ayahku itu ada. tapi ini benar adanya, dan sumpah aku sangat bangga terhadap ayahku. Aku sanggat bangga menjadi anaknya, hanya aku belum bisa membanggakan beliau. Keinginanku terbesar saat ini adalah menghajikan beliau. Entah kapan tapi aku akan berusaha sebisa mungkin. Dan harus bisa.
                Dihari ayahku meninggal dunia, beliau malam itu mengikuti tahlil diperumahan dan didaulat untuk membaca doa, kemudian bersantai hingga pukul 11 malam bersama-sama orang-orang ditahlilan. Kemudian beliau kerumah kami yang sekarang didinoyo dalam keadaan hujan gerimis. Kebetulan ibuku membuka warung kecil didinoyo, dirumahnya almarhum nenekku. Dan kuliahku juga dekat dengan lokasi dimana aku tinggal sekarang, sekalian membantu untuk biaya berobat ayahku yang terkena stroke, dan saat itu penyakitnya sudah mulai sembuh. Tapi malam itu rupanya Tuhan berkehendak lain, menurut pengamatanku yang baru tahu setelah ayahku tiada dari tanda-tandanya, angin malam yang dingin membuat ayahku terkena angin duduk. Dimana jika sudah terserang merupakan sebuah pantangan untuk merebahkan diri. Malam itu sampai dirumah ayahku mengeluh kedinginan, lalu ibuku berinisiatif membuatkan air hangat yang ditaruh botol untuk menghangatkan, namun saat ayahku berbaring, beliau menyebut Allah Allah Allah dan kemudian tertidur, dan tak membuka matanya lagi. Begitu tenang dan seperti orang yang tertidur, wajahnya seakan kembali muda 20 tahun, adik ibuku yang tinggal dibelakang rumah kupanggil, lalu beliau mengatakan ayahku telah tiada namun menyarankan untuk tidak mengatakan pada ibuku yang masih berusaha menghangatkan badan ayahku dengan botol berisi air hangat, ibu mengelak jika ayah hanya tertidur, lalu aku menghubungi bulekku agar bisa mengantar ayahku kerumah sakit UNISMA, yang terdekat dengan tempat tinggalku, bulekku begitu datang juga telah mengetahui situasinya. Tanganku bergetar, jantungku berdetak cepat, aku takut sekaligus harus kuat sebagai anak tertua, setelah dokter menetapkan status ayahku yang telah tiada, aku menelfon keluarga ayahku, aku hanya bilang ayah af’al (sakit parah), sedang keluarga ibuku, bulekku yang menghubungi, paman dan bibiku segera meluncur kerumah perumahan, begitupula aku, ibu dan ayahku. Begitu sampai rumah dan tahu ayahku telah tiada, pamanku dan bibiku langsung menangis histeris, sedangkan aku bertahan, aku tidak boleh menangis atau terlalu berduka, aku harus kuat, atau aku hanya akan membuat ibuku lebih sedih jika aku jatuh dalam kondisi tidak sehat. Karena kondisiku mensyaratkan aku untuk tidak boleh terlalu larut dalam kepedihan. Aku mengabarkan ini keadikku yang ada dipesantren, tapi pukul 2 aku meminta kakakku untuk menjemput adikku, dimobil aku mulai tak sanggup menahan air mataku, dan dengan cukup tegar aku memberi tahu adikku bahwa ayah telah tiada. Bahkan memandikan ayahku, aku tak sanggup. Semoga Allah melapangkan kubur ayahku, meniadakan siksa, dan diberi kenikmatan kubur dan digolongkan orang-orang yang masuk surga. Amin.

Wednesday, November 20, 2013

Belajar Bahasa Jepang

Jikoshoukai (Perkenalan)
·         Hai, Malang no Nisa’ desu yoroshiku (perkenalkan nisa dari malang)
·         Kochira koso yoroshiku
o   Hajimemashite
o   Watasiwa anis desu (saya anis)
o   Malang kara kimashita (berasal dari malang)
o   Dozo yoroshiku (silahkan menyapa)
o   Kochira koso yoroshiku

Menyatakan Kata Benda
+ Kore wa hon desu ( ini buku )
~ Kore wa isu dewa arimasen  (ini bukan kursi)
? Kore wa Nan desu ka? (Ini apa?)
? Kore wa hon desu ka? (Apa ini buku?)
   + Hai, sore wa hon desu (Iya itu buku)
  ~ iie, sore wa hon dewa arimasen ( bukan, itu bukan buku )

Menyatakan kepimilikan benda
Ø  KB no KB
Ø  Ex : watashi no borupen
o   Nihongo no hon (buku bahasa jepang)
o   Konpyuta no hon (buku komputer)
? Dare no desu ka? (milik siapa?)
+ karin san no desu (milik karin)
? kore wa dare no saifu desu ka? (ini dompet siapa?)
Ø  kono + kb + wa – desu
Ø  sono + kb + wa – desu
Ø  ano + kb + wa – desu
kono saifu wa dare no desu ka
sono saifu wa nisa san no desu
jidousha no naka ni kagi ga arimasu

Menyatakan Kata Kerja
+ Watashi wa Daigakusei desu  (Saya adalah Mahasiswa)
~ Watashi wa Daigakusei dewa arimasen  (Saya bukan Mahasiswa)
? Anata wa daigakusei desu ka?  (Apakah anda mahasiswa?)
   + Hai, Sou desu ( Ya benar)
  ~ iie, sou dewa arimasen (tidak, tidak benar)

Menyatakan letak
Ø  Koko wa nan desu ka (disini apa?)
Ø  Soko wa jimusho desu (disana ruang dosen)
Ø  Uchi wa doku desu ka? (rumah dimana?)
Ø  Uchi wa mt haryono dori desu(rumahnya jalan mt haryono)
Ø  Watashi no uchi wa malang desu ( rumahku dimalang)
Ø  Iie, watashi wa geshuku dewa arimasen (tidak, aku tidak ngekos)
Ø  Toire wa doku desu ka (or) doku ga toire desu ka? (toilet dimana?)
Ø  Konpyuta no shita ni kutsu ga arimasu (sepatu ada dibawah komputer )
Ø  Shita ni hon ga arimasen (tidak ada buku dibawah)
Ø  Hon no shita ni nani mo arimasen (dibawah buku tidak ada apa-apa)
Ø  Konpyuta wa doko desu ka?
Ø  Konpyuta wa doko ni arimasu ka ?
o   Letak ni kb ga arimasu
o   Kb wa letak ni ga arimasu
Ø  karin san wa hidari gawa ni ga arimasu ka?
Ø  sally san wa hidari gawa ni nessy san ga imasu
Ø  chacha san wa dare mo mae ni ga arimasu ka?
Ø  Elvi san no mae ni dare ga arimasu ka?